KISAH Gregoria Mariska Tunjung yang jadi andalan tunggal putri Indonesia sejak meniti karier sebagai atlet bulu tangkis akan diulas dalam artikel ini. Ya, nama Gregoria Mariska saat ini dikenal sebagai tulang punggung dan penerus tunggal putri Indonesia.
Ketika menginjak usia 19 tahun, Gregoria langsung didapuk mentas di sejumlah turnamen bergengsi internasional. Namanya mulai mencuat ketika dirinya berhasil menyegel gelar juara dunia junior pada 2017 silam.
Kemudian, pada 2018, Gregoria tercatat menjadi tunggal putri terbaik Indonesia yang ada di pelatnas PBSI. Meski ada nama senior lain seperti Fitriani dan Ruselli Hartawan, Gregoria lebih disorot dan diandalkan.
Bahkan, pada tahun itu masih ada nama tunggal putri yang lebih senior yakni Hanna Ramadhini hingga Dinar Dyah Ayustine. Namun, secara peringkat, Gregoria memang memiliki ranking paling tinggi di antara tunggal putri Tanah Air lainnya.
Alhasil beban tumpuan tertuju pada dirinya. Padahal, Gregoria saat itu saat itu masih berusia 19 tahun.
"Bebannya lebih ke karena saat itu tunggal putri kosong banget. Terus aku yang di atas, jadi aku ngerasa tanggung jawab untuk bikin tunggal putri bagus, itu tugasku," ungkap Gregoria kepada MNC Portal Indonesia.
Namun, pada perjalanan kiprahnya, pasang surut sudah dialami Gregoria. Sempat menduduki peringkat 13 dunia pada 2019, posisinya secara perlahan turun. Tuntutan besar di usia muda membuat ia semakin terbebani.
"Saat itu masih ada Fitriani dan Ruselli tapi aku terlalu mikirin ke diri sendiri. Padahal dengan titel juara dunia junior, justru aku enggak terbebani atau enggak berasa kali ya. Bebannya itu lebih pengen ngebuktiin kalau aku enggak cuma segini," lanjutnya.
Follow Berita Okezone di Google News